LELUHURorang Manggarai, Kabupaten Manggarai, Flores Barat, Nusa Tenggara Timur meninggalkan warisan unik. Kini, warisan itu sudah menjadi Budaya Nasional Indonesia dan dunia. Bahkan, UNESCO mengakui keunikan warisan budaya orang Manggarai. Dari sekian banyak warisan leluhur di Kabupaten Manggarai, ada lima yang sudah ditetapkan menjadi budaya Nasional. Hijau Manggarai Timur - Senin, 1 Agustus 2022. No Result . View All Result . NTT NEWS. Kupang News; Regional NTT; OPINI. Implikasi pembangunan negara ini mestinya dirasakan oleh rakyat kebanyakan, seperti tertuang dalam amanat UUD 1945 Pasal 33, di mana faktor-faktor produksi digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran WabupManggarai Timur (Matim), Jagur Stefanus meninggal dunia di Rumah Sakit Prof. W.Z. Yohanes Kupang, pada Rabu (30/3/2022) malam. Borong , FLOBAMORATA , Flores Redaksi Maret 30, 2022 Maret 30, 2022 Suku- Manggarai merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia. Suku ini berada di bagian barat pulau Flores di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Suku Manggarai tersebar di tiga kabupaten di provinsi tersebut, yaitu Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Manggarai Timur. Jumlah populasinya sekitar 350.000 jiwa. Berdasarkan sejarahnya, dahulu kala di Manggarai CeritaRakyat Doyan Medaran dalam masyarakat Suku Sasak Di Desa Batunampar Kecamatan Jerowaro Lombok Timur". Penelitian yang dilakukan oleh L. M. Januardi ( 2010 ) menguaraikan tentang struktur dan nilai - nilai yang terdapat dalam cerita rakyat " Doyan Mendaran". Perbedaan antara penelitian L. Kehadiranpertama waktu peminangan resmi ini disebut dalam kiasan Manggarai ialah "weda lewang tuke mbaru" (injak pintu gerbang kampung dan naik ke dalam rumah). Dalam acara resmi ini pembicara dari kedua belah pihak disebut tongka (juru bicara). Tongka ini sungguh-sungguh memakai adat perkawinan Manggarai. 100 Contoh Cerita Legenda Rakyat Nusantara yang diceritakan turun temurun dari nenek moyang kita, memiliki banyak pesan moral dan nilai-nilai budaya. Nusantara. Cerita Rakyat Jawa Timur. Sosial & Budaya. All Art. Art. Art and Crafts Movement: Revolusi Kreatif Abad 19. Sosial & Budaya. Sejarah Pura Tirta Empul. Artikel- Cerita perajin bambu dari jualan di trotoar hingga ikut pameran di G20. 10 jam lalu PLN perkenalkan PLTS Pulau Messah ke delegasi Sherpa G20 Pelabuhan Rakyat Borong di Kabupaten Manggarai Timur, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), ambruk diterjang banjir dan gelombang ekstrem pada Kamis (6/12). 6IWHh4. JAKARTA, KOMPAS — Cerita rakyat dari Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur, dikemas dalam bentuk drama musikal oleh Institut Musik Daya Indonesia. Lagu-lagu daerah khas Nusa Tenggara Timur, seperti ”Ayam Hitam” dan ”Potong Bebek Angsa”, mewarnai pertunjukan di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Minggu 13/7/2014.Legenda Pulau Komodo ini menceritakan seekor komodo yang dekat dengan penduduk sekitar. Usut punya usut, komodo ini ternyata kembaran dari manusia bernama Putri. Keduanya keluar dari rahim ibu yang sama. Pesan cerita ini, semestinya manusia dan hewan hidup berdampingan. Hewan mestinya dilindungi dan tak untuk Institut Musik Daya Indonesia, Kinarya GSP juga mempersembahkan tarian khas Nusa Tenggara Timur, diiringi Doris, tokoh masyarakat Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Cerita rakyat yang dikemas dalam drama, musik, dan tari ini menyuguhkan budaya dan kearifan masyarakat Nusa Tenggara Timur yang memesona.”Tadi itu namanya tari Paci, yang merupakan syukuran atas hasil panen. Pemukulan gong itu bermaksud informasi kepada masyarakat,” ujar menjelaskan penari perempuan yang mengenakan mahkota bali belo dan penari laki-laki dengan topi panggal tanduk sapi. ”Itu menceritakan kegembiraan atas kesuburan padi dan hasil alam di Manggarai, dekat dengan Pulau Komodo. Lalu topi panggal itu simbol untuk melindungi diri dari peperangan,” tutur Doris, ada cerita rakyat di Manggarai yang dipercaya sebagai kisah nyata. Legenda itu mengenai tiga kerajaan pada zaman dahulu yang ketiga rajanya memperebutkan seorang perempuan tercantik di Manggarai. Daripada terjadi pertumpahan darah, perempuan itu merelakan kulitnya menjadi bahan membuat kendang. ”Perempuan itu mengorbankan dirinya daripada jadi rebutan. Kendang itu masih ada sampai sekarang,” Renitasari Adrian, Direktur Program Bakti Budaya Djarum Foundation, kekayaan sastra Indonesia tidak hanya dilihat dari banyaknya buku dan karya sastra yang beredar. Beragam cerita rakyat dan legenda masyarakat juga berandil besar. ”Sayang masih banyak yang belum akrab di telinga masyarakat. Makanya harus terus dipopulerkan,” IMDI, Tjut Nyak Deviana Daudsjah, mengatakan, IMDI dengan beragam pertunjukan yang disuguhkan selama ini berkeinginan untuk mengembalikan pendidikan seni pertunjukan pada jalurnya. IMDI menawarkan pendidikan formal supaya seni pertunjukan bisa go international. Sudah saatnya seni pertunjukan menjadi sebuah kreativitas yang bernilai ekonomi.”Tujuan lain tentunya kami ingin meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap budaya Indonesia. Saya padukan ilmu dari Barat dan Timur. Saya yakin, seni pertunjukan itu produk kebudayaan yang bisa mendapatkan nilai ekonomi,” tutur menyuguhkan paket seni pertunjukan yang komplet, mulai pemain musik, penari, pemain drama, hingga petugas lampu dan manajer panggung. ”Kami mandiri semua. Satu paket. Jadi bisa dibilang kami dari lembaga formal yang sudah siap masuk ke industri seni pertunjukan,” ujar seni pertunjukan saat ini sudah bisa menjadi industri kreatif jika digarap puluhan tahun lalu. IVV Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Temukan koleksi favoritmu tersedia koleksi, tersebar di seluruh perpustakaan di lingkungan kemdikbud Text Cerita Rakyat Manggarai Buku ini berisi terjemahan teks cerita rakyat berbahasa Manggarai. Collection Location Perpustakaan Balai Bahasa Padang Detail Information Series Title - Call Number - Publisher Jakarta Pusa Bahasa., 2007 Collation xiii, 312 hlm.; 21 cm Language ISBN/ISSN 978 979 685 653 4 Classification - Content Type - Media Type - Carrier Type - Edition - Subjects Specific Detail Info - Statement of Responsibility File Attachment No Data Comments You must be logged in to post a comment Kali ini kami akan memposting satu cerita rakyat NTT yang berjudul Tampe Ruma Sani. Dongeng Nusa Tenggara Timur tepatnya Flores ini mengajarkan kita banyak sekali nilai kebaikan. Ingin tahu cerita lengkapnya? Yuk kita ikuti bersama. AIkisah pada zaman dulu ada seorang anak perempuan yang suka menguncir rambutnya yang panjang bernama Tampe Ruma Sani. Namanya memang agak sulit, tetapi artinya begitu bermakna untuk masa depannya. Tampe Ruma Sani sudah setahun ditinggal mati oleh ibunya. Kini dia hidup bernama ayah dan adik lelakinya. Karena ayahnya bekerja sebagai nelayan dan adiknya masih sangat kecil, maka hampir semua pekerjaan rumah dilakukan oleh Tampe Ruma Sani. Setiap hari ia bertugas memasak, membersihkan rumah serta ikut menjual hasil tangkapan ayahnya. Meskipun demikian, gadis kecil itu tak pernah mengeluh. Suatu hari, Tampe Ruma Sani bertugas menjual ikan hasil tangkapan ayahnya kemarin. Ia menjualnya ke pasar pagi-pagi, dan sebelum sore hari keranjang ikannya sudah kosong. Semua ikannya habis terjual. Tampe Ruma Sani segera pulang. Di tengah perjalanan, ia disapa oleh seorang perempuan. “Anak manis, bagaimana ikan yang engkau jual sudah habis padahal hari belum lagi sore.” tanya seorang perempuan tersebut. “Saya menjual ikan-ikan itu dengan harga murah agar lekas habis, sebab saya harus mengurus adik lelaki saya yang masih kecil, juga memasak untuk makan kami bertiga,” jawab Tampe Ruma Sani. “Oh! ternyata engkau punya adik kecil juga, siapakah namanya?” ”Adik lelakiku bernama Laga Ligo.” Perempuan itu terus menanyakan beberapa pertanyaan, seolah ingin sekali tahu banyak mengenai keluarga Tampe Ruma Sani. Gadis manis yang lugu itu pun tak punya prasanqka buruk, ia menjawab setiap pertanyaan dengan ceria. Perempuan itu ternyata bermaksud untuk menikahi ayah Tampe Ruma Sani. Sejak perkenalannya dengan gadis itu, ia datang beberapa kali ke rumahnya. Perempuan itu mencoba mengambil hati ayah Tampe Ruma Sani. Ia ikut membantu mengerjakan pekerjaan rumah dan mengasuh Tampe Ruma Sani dan Laga Ligo. Lama kelamaan, hati ayah Tampe Ruma Sani pun Iuluh dan ia menikahi perempuan itu agar kedua anaknya ada yang mengurus. Kini, perempuan itu menjadi ibu tiri Tampe Ruma Sani. Tampe Ruma Sani pun senang karena tugasnya menjadi ringan. Ia tak perlu lagi mengerjakan pekerjaan rumah, semua sudah dilakukan ibu tirinya. Ia dapat menjual ikan dengan tenang, tanpa harus terburu-buru pulang. Namun hal itu tidak berarti Tampe Ruma Sani berpangku tangan. Ia tetap membantu ibu tirinya di rumah. Sang ibu tiri kerap meminta Tampe Ruma Sani untuk menumbuk padi. Ia berpesan agar beras yang masih utuh harus dipisahkan dengan beras kecil yang sudah hancur. Tampe Ruma Sani tak paham mengapa beras-beras itu harus dipisahkan, tapi ia menuruti kehendak ibu tirinya. Beberapa bulan setelah ibu tiri tinggal di rumah, ia mulai berubah. Awalnya perempuan itu bersikap baik pada kedua anak tirinya, namun sekarang ia mulai suka memarahi mereka, dan kadang-kadang juga memukul jika kedua anak itu dianggapnya tidak menuruti kehendaknya. Sikap buruknya ini dilakukan jika sang ayah pergi melaut. Jika sang ayah pulang, ibu tiri menyiapkan makanan yang sangat lezat-lezat, namun jika suaminya pergi melaut, kedua anak itu hanya diberikan nasi yang dimasak dan beras hancur. Tentu saga Tampe Ruma Sani dan adiknya merasa sangat sedih Mereka pun mengadukan perilaku ibu tiri kepada ayah mereka. Sayangnya, sang ibu tiri ini pintar benar berkilah. Ia berhasil meyakinkan suaminya bahwa ia tidak bersalah dan kedua anak itu mengada-ada. Ia juga berhasil memengaruhi suaminya agar lebih memercayainya. Dan keesokkan harinya ketika sang suami pergi lagi melaut, Tampe Ruma Sani pun dihajarnya habis-habisan sampai babak belur oleh ibu tirinya atas tindakkannya yang telah mengadu kepada ayahnya. “Berani-beraninya kalian melapor pada ayahmu!” bentaknya. “lngat! Sekali lagi kalian mengadu, aku tidak segan-segan membunuh kalian berdua!” Suara keras sang ibu membuat kedua anak itu merasa ketakutan. Dari hari ke hari, Tempa Ruma Sani dan adiknya menjalani kehidupan dengan penuh penderitan, namun mereka menghadapinya dengan penuh kesabaran. Tahun demi tahun berlalu, kedua anak itu sekarang sudah remaja. Mereka pun sepakat untuk hidup mandiri terbebas dari cengkraman ibu tiri. Mereka mengutarakan maksud tersebut kepada sang ayah dan meminta izin untuk merantau. “Sekarang kami berdua sudah cukup dewasa, Ayah! izinkanlah saya dan kakak untuk merantau dan mengejar cita-cita serta pengalaman hidup diluar sana,” pinta Laga Ligo mewakili kakak perempuannya. Awalnya sang ayah merasa sangat keberatan, namun akhirnya ia memberikan izin juga karena melihat tekad kedua anaknya sangat besar. Ibu tiri pun merasa senang sebab itu berarti ia tak perlu lagi capek-capek mengurus kedua anak itu. Pagi-pagi buta, Tempa Ruma Sani dan Laga Ligo meninggalkan desa neIayan tempat kelahiran mereka berdua dan mulai merantau. Mereka terus berjalan tidak tentu arah dan tujuan, melalui hutan dan sungai yang belum pernah mereka ketahui. Setelah beberapa hari berjalan, perbekalan mereka pun mulai menipis. Kedua remaja itu mulai kelelahan. Beruntung mereka menemukan sebuah rumah di tengah hutan. Dengan penuh harapan untuk mendapat sedikit makanan dari pemilik rumah, mereka pun mengetuk pintunya. Tak ada jawaban. Cerita Rakyat NTT Dongeng Nusa Tenggara Timur “Mungkinkah sang pemilik rumah sedang berpergian?” Tempa Ruma Sani bertanya-tanya. Dengan rasa penasaran lalu mereka pun mengetuk kembali pintunya, tetap tidak ada sahutan. Akhirnya mereka memberanikan diri untuk membuka pintu yang tidak terkunci, Mereka pun masuk ke dalam rumah, dan menemukan bahwa rumah itu kosong. Namun anehnya, di meja tersedia makanan lezat yang sepertinya baru saja dimasak. Masih hangat dan mengepul. Terbit air liur keduanya ketika melihat makanan tersebut, namun meski sangat kelaparan, mereka tak hendak menyentuhnya tanpa izin sang pemilik rumah. “Sebaiknya kita menunggu saja di dalam rumah, menanti sang tuan rumah kembali,” sang kakak berkata kepada adiknya. Mereka pun menanti pemilik rumah, dan tertidur pulas karena kelelahan dan lapar. Ketika mereka terbangun, hari ternyata telah berganti pagi, namun pemilik rumah belum juga muncul. Keanehan terjadi Iagi karena di meja makan telah tersaji makanan yang baru dimasak. “Siapa yang memasak makanan ini? Mengapa kita tidak mengetahuinya?” “Entahlah, Kak.” Jawab adiknya. “Yang pasti aku sangat lapar. Bolehkah kita memakannya sedikit?” “Ya, kukira tidak apa-apa. Nanti kalau ketahuan, kita akan menjelaskan pada pemiliki rumah. Lagipula sayang sekali jika makanan tersebut tidak dimakan.” Kakak beradik tersebut lantas memakan sajian tersebut sampai habis tidak tersisa. Setelah rnakan, Tempa Ruma Sani membersihkan piring dan peralatan makan. Tiga hari sudah mereka tinggal menempati rumah di tengah hutan tersebut, namun mereka belum berjumpa dengan pemilik rumah. Dan setiap mereka bangun pagi, makanan hangat yang lezat-lezat selalu sudah tersedia di meja makan. Keduanya sangat heran, namun menikmati saja makanan yang tersedia dengan mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga. Pada hari keempat sang kakak berkata kepada adiknya “Adikku, bagaimana jika makanan yang biasa tersaji tidak tersaji lagi pada hari-hari berikutnya? Apakah yang akan kita makan?” Laga Ligo juga kebingungan, namun segera teringat seusatu. Beberapa waktu yang lalu ia melihat di sudut dapur ada tiga buah karung besar yang berisi cengkih, pala serta merica. “Bagaimana kalau kita menjual rempah-rempah yang tersedia banyak dalam karung besar itu ke pasar, Kak?” “Baiklah kalau begitu berangkatlah ke pasar, kakak tunggu saja di sini. Siapa tahu pemilik rumah datang.” “Baiklah, tapi sebaiknya kakak hati-hati. Jangan membuka pintu untuk orang lain selama aku pergi.” Sang adik pun segera berangkat membawa satu karung kecil rempah-rampah untuk menjualnya di pasar terdekat. Pada saat yang sama, rombongan raja sedang berburu. Mereka keheranan menemukan rumah di tengah hutan itu. Raja penasaran siapakah yang berani tinggal serta membangun rumah di hutan lebat seperti ini. Dengan segera, ia memerintah pengawalnya untuk mengetuk pintu beberapa kali, namun tidak ada jawaban. Di dalam rumah, Tampe Rama Sani tidak berani membukakan pintu rumah, dia diam saja tidak menjawab ketukan itu. Gadis manis itu justru bersembunyi di bawah meja dengan ketakutan. Karena tidak mendapat jawaban, para pengawal raja memutuskan untuk masuk dan memeriksa keadaan. Awalnya mereka tak menemukan siapapun, dan tak melihat Tampe Rama Sani yang sedang bersembunyi. Akan tetapi, rambut gadis itu terlalu panjang untuk disembunyikan sehingga para pengawal segera menemukannya. Mereka meminta Tampe Rama Sani keluar dari persembunyiannya. Dengan wajah ketakutan, Tampe Rama Sani akhirnya keluar dan menemui sang raja. Ia menceritakan kisahnya dan juga adiknya yang tengah menjual rempah di pasar. Sang raja pun iba, dan akhirnya mengajak Tampe Rama Sani dan Laga Ligo untuk menjadi anak angkatnya. Mereka berdua pun hidup bahagia di istana. Pesan Moral dari Cerita Rakyat NTT Tampe Ruma Sani adalah kesabaran dan kepasrahan yang tulus akan membuat kebahagian segera datang menjemputmu. Baca juga dongeng NTT terbaik kami lainnya pada artikel berikut ini Cerita Rakyat Nusa Tenggara Timur Bete Dou dan Cerita Rakyat Nusa Tenggara Timur Suri Ikun