Tari Saman merupakan salah satu tari tradisional dari Indonesia yang sudah dikenal hingga mancanegara. Tari Saman merupakan sebuah tarian suku Gayo yang mendiami provinsi Aceh. Dikutip dari buku Mengenal Kesenian Nasional 11: Tari Saman (2010) karya N. Fardhilah, suku Gayo terkenal dengan kekayaan dan keragaman budayanya. KarakterRasa Kopi Aceh Gayo. Hampir sama dengan jenis kopi di Indonesia terutama Arabika, Kopi Aceh Gayo memiliki karakter dan cita rasa kuat. Body serta aroma yang kuat membuat Kopi Gayo digemari di benua Amerika dan Eropa. Bicara soal rasa, Kopi Gayo cenderung memiliki rasa yang tidak pahit disertai tingkat keasaman yang rendah. Kainsulaman khas Kalimantan Timur ini memiliki corak yang beragam dengan warna-warna yang cerah. Inilah sulam tumpar, kerajinan tangan kebanggaan masyarakat provinsi yang memiliki ibukota di Samarinda ini. Tidak hanya dalam bentuk kain sulaman, sulam tumpar juga banyak diaplikasikan ke berbagai barang seperti tas, pakaian, hingga ke hiasan NIM: 2110722008. Sastra Indonesia B. UNIVERSITAS ANDALAS. Minangkabau merupakan salah satu daerah yang memiliki keberagaman suku, bahasa dan budaya di Indonesia. Dengan keberagaman itu tentu melahirkan keunikan dan ciri khas pada setiap produk yang dihasilkan dari adat Minangkabau. Mulai dari keunikan bahasa, suku, dan juga budayanya. Tersebardi Seluruh Dunia, Ini 7 Ciri Khas Arsitektur Islam (1) Ilustrasi. Foto: BBVA Openmind. ISLAM telah mewarnai seluruh aspek kehiupan. Bukan hanya dalam hal spiritual dan ritual ibadah, Islam juga menorehkan warna dan ciri yang unik pada kebudayaan dan peradaban. Salah satunya terlihat pada arsitektur bangunan. Gayokhususnya dan Aceh umumnya menyebut kerawang Gayo sebagai kain tradisional khas suku Gayo. Kerawang Gayo sendiri hadir di tengah-tengah masyarakat Gayo untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan Gayo lebih identik disebut sebagai kain sulam tradisional. Dari motifnya, kerawang Gayo secara . DIAKRONIKA 20 (2) 2020 BangsaGayo dari Dinasti Lingga juga menyebarkan kekuasaannya pada masa kerajaan dan membentuk Kerajaan Johor Baru yang ada di Malaysia. Suku Gayo di Aceh merupakan generasi yang berasal dari peristiwa tersebut. Memiliki Marga ; Ciri khas Suku Gayo yang cukup umum terjadi sama seperti pada kebanyakan suku lainnya yakni kepemilikan marga. Namun, hal ini tidak terjadi dan tidak digunakan oleh masyarakat Suku Gayo yang telah modern. Cirikhas unik dari Sulaman Gayo.. Jenis alat musik seperti biola dimainkan dengan cara.. Kain poleng Bali memiliki fungsi untuk.. Lagu yang berjudul Cening putri ayu berasal dari daerah.. Bagi Bapak dan Ibu Guru yang membutuhkan Soal Penilaian Tengah Semester Ganjil Kelas 5, silahkan unduh File-nya melalui link dibawah ini : USHWdk. Jakarta - Kebanyakan orang di Indonesia mungkin menyangka provinsi Aceh hanya ditempati oleh satu suku saja, yakni suku Aceh. Padahal, ada banyak sekali suku asli di Aceh, termasuk Gayo. Gayo merupakan salah satu etnis yang mendiami Dataran Tinggi Gayo, tepatnya berada di wilayah tengah Provinsi Aceh. Suku yang tergolong dalam ras Proto Melayu Melayu Tua ini diperkirakan berasal dari India dan mulai datang ke Tanah Gayo sekitar tahun sebelum Masehi. Kopi Gayo Spesial Dijual dalam Edisi Terbatas Nespresso Master Origin Potret Menggemaskan Pangeran Kerajaan Bhutan di Momen Ultah ke-1 Mengintip Walk In Closet Andien, Ada Tempat untuk Baju Tak Lagi Terpakai Suku Gayo terdiri atas tiga kelompok, yakni masyarakat Gayo Lut yang mendiami daerah Aceh Tengah dan Bener Meriah. Kemudian, Gayo Lues yang mendiami daerah Gayo Lues dan Aceh Tenggara. Sementara, Gayo Serbajadi yang mendiami sebagian kecamatan di Aceh Tamiang dan Aceh Timur. Namun, hal-hal menarik tentang Gayo tak hanya itu. merangkum enam fakta di antaranya yang dikutip dari berbagai sumber, Jumat, 19 Maret 2021. 1. Asal-usul Nama Gayo Terdapat beberapa pendapat terkait asal-usul nama Gayo. Pertama, Gayo berasal dari bahasa Batak Karo yang artinya kepiting. Berawal pada zaman dahulu terdapat sekelompok pendatang suku Batak Karo ke Blangkejeren, untuk melintasi sebuah desa bernama Porang. Lantas, para pendatang ini melihat binatang kepiting dan berteriak "Gayo…Gayo…". Dari sinilah daerah tersebut dinamai Gayo. Kedua, dalam buku yang berjudul 'The Travel of Marcopolo' karya Marcopolo, yakni seorang pengembara bangsa Italia yang menyematkan kata drang-gayu yang artinya orang Gayu/Gayo. Ketiga, Gayo berasal dalam Bahasa Aceh, Ga berarti sudah dan Yo berarti lari/takut. Keempat, Gayo dari Bahasa Sanskerta, yang berarti gunung. Artinya masyarakat Gayo berasal dari daerah pegunungan. Kelima, dalam buku 'Bustanussalatin' karya Nuruddin Ar-Raniry, pada Masehi yang tertulis nama Gayo dengan huruf Arab. 2. Kopi Khas Gayo Siapa yang tak kenal dengan Kopi Gayo, Salah satu jenis kopi Arabika terbaik dari Nusantara. Kopi Gayo menjadi bagian komoditi ekspor unggulan dari daerah Aceh Tengah atau Gayo yang sudah mendunia. Terdapat dua perkebunan Kopi Gayo yang menghasilkan kualitas terbaik yakni Takengon, Aceh Tengah, dan Bener Meriah. Hamparan luas perkebunan kopi ini tumbuh di dataran seluas hektare dengan ketinggian kurang lebih 1200 meter. Kopi ini memiliki ciri khas yang gurih, kental, dan memiliki aroma bau khas dan juga harum. Cita rasa ini terbangun lengkap dengan sedikit rasa pahit. Jenis kopi ini hanya bisa disaingi oleh kopi yang berasal dari Jamaika dan Brasil. Sekitar 80 persen penghasilan mereka berasal dari kopi. Dapat dikatakan bahwa kopi sudah menjadi tulang punggung perekonomian di Gayo, Aceh Tengah. Saksikan Video Pilihan Berikut IniRatusan pelajar Aceh Tengah gelar pawai budaya dengan mengenakan busana unik bertema kopi di acara Gayo Alat Mountain International Festival GaMIFes 2018. Aceh adalah provinsi yang terletak di bagian utara Pulau Sumatera. Wilayah tersebut terkenal dengan tempat wisatanya yang indah dan mempesona. Namun dibalik itu, terhitung ada 10 suku adat yang menempati wilayah Provinsi Aceh. Maka tak heran masyarakat Aceh memiliki baju adat yang beragam dan unik. Adapun suku yang tinggal di tanah Aceh, yaitu Suku Julu, Suku Haloban, Suku Sigulai, Suku Devayan, Suku Kluet, Suku Melayu Tamiang. Kemudian, Suku Aneuk Jamee, Suku Alas, dan Suku Gayo. Meski memiliki banyak suku, masyarakat mampu hidup berdampingan dan saling menghormati satu sama lain. Buat kamu yang penasaran mengenai pakaian adat Aceh. Yuk, simak infonya berikut ini. Baca sampai bawah ya! 1. Kain Kerawang Gayo * sumber Kain Kerawang Gayo merupakan pakaian adat yang berasal dari Suku Gayo, Kabupaten Aceh Tengah. Pakaian adat satu ini memiliki ciri khas sendiri pada motifnya yang indah dan penuh makna. Terdapat warna hijau, kuning, putih, merah, dan hitam. Tentunya warna tersebut memiliki makna mendalam bagi masyarakat Suku Gayo. Untuk warna hijau mempresentasikan rakyat yang hidup damai dan berdampingan satu sama lain. Warna kuning melambangkan raja atau kekuasaan maupun keberanian. Warna putih memiliki makna sebagai petinggi agama atau seseorang yang takut kepada Tuhannya. Lalu, warna merah melambangkan petuah adat dari Suku Gayo. Terakhir warna hitam yang merujuk pada tanah sebagai dasar untuk berpijak. Awalnya kain khas satu ini hanya digunakan saat upacara adat saja. Namun, sekarang masyarakat banyak menggunakannya sebagai trend fashion pakaian adat Aceh. Tidak sedikit pula yang memakainya untuk acara pernikahan nan sakral. Pada tahun 2017, kain Kerawang Gayo ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Kemendikbud RI. Saat ini kain Kerawang Gayo sudah merambah pasar nasional maupun internasional. 2. Sileuweu * sumber Sileuweu salah satu pakaian adat asal Aceh yang sering digunakan dalam acara pernikahan. Pakaian sileuweu memiliki bentuk celana dengan motif berciri khas. Nama lain dari sileuweu, yaitu cekak musang yang digunakan untuk wanita. Pakaian adat satu ini identik dengan warna hitam, kuning emas, dan merah. Kedua warna itu memiliki makna tersendiri. Warna hitam melambangkan ketegasan. Warna kuning emas menggambarkan kesultanan atau kekuasaan. Saat memakai sileuweu harus didampingi dengan sarung songket. Sarung tersebut terbuat dari sutra yang halus dan lembut. Cara pakainya cukup diikatkan pada pinggang dan batas panjangnya sekitar 10 cm di atas lutut. Ada tiga nama sarung khusus untuk sileuweu, yaitu Sarung Ija Krong, Sarung Ija Sangket, dan Sarung Ija Lamgugap. 3. Baju Kurung * sumber Baju kurung merupakan baju adat Aceh yang kental dengan budaya Islam. Pakaian satu ini memiliki ukuran besar sehingga longgar dikenakan oleh wanita. Tujuannya agar tidak memperlihatkan bentuk tubuh pada wanita. Bentuk bajunya panjang menutupi pinggul wanita. Untuk bagian lengan juga panjang sampai pergelangan tangan. Pengaruh budaya Islam sangat terasa pada pakaian adat baju kurung ini. Di bagian leher terdapat kerah dengan ukiran benang emas. Pakaian adat baju kurung memiliki ciri khas pada bagian depan wanita, yaitu boh dokma. Benda tersebut merupakan perhiasan yang melambangkan kejayaan. Untuk menutupi bagian kaki, biasanya menggunakan sarung Ija Krong Sungket yang terbuat dari bahan sutra. 4. Meukeutop * sumber Meukeutop merupakan topi atau penutup kepala pria yang masuk dalam pakaian adat Aceh. Penutup kepada sering digunakan oleh pria Aceh dalam acara tertentu. Biasanya acara besar dan sakral, seperti pernikahan maupun upacara adat. Penutup kepala satu tidak hanya berkaitan dengan adat saja. Akan tetapi juga erat hubungannya dengan hukum, kanun, dan reusam. Ketiga hubungan itu murni berasal dari mayoritas budaya masyarakat Aceh tanpa pencampuran budaya lainnya. Warna pada bagian meukeutop tentunya memiliki filosofi yang kaya makna. Warna merah memiliki arti jiwa kepahlawanan, berani, dan bertanggung jawab. Warna hijau melambangkan sejuk yang artinya kesejukan dalam memeluk agama Islam. Warna hitam memberikan makna ketegasan dalam mengambil segala keputusan. Selanjutnya warna kuning memiliki arti kenegaraan, kecintaannya terhadap tanah air. Terakhir warna putih, mempunyai makna ikhlas dan suci. Filosofi tersebut diberikan oleh leluhur nenek moyang wilayah Aceh yang masih dipertahankan hingga saat ini. 5. Meukasah * sumber Meukasah merupakan pakaian adat atasan untuk kaum laki-laki Aceh. Warna baju pakaian adat ini didominasikan warna hitam. Kemudian terdapat beberapa motif dengan benang emas. Warna hitam memiliki makna kebesaran atau kekuasaan. Sehingga cocok digunakan oleh laki-laki. Proses pembuatan baju ini dengan cara ditenun dari bahan sutera. Tentu hasil yang didapatkan bagus dan nyaman saat dipakai dalam waktu lama. Untuk sulaman warna emas menggambarkan kemewahan dari pakaian adat meukasah ini. Baju meukasah pasangannya celana meukasah. Celananya terbuat dari sutera dengan warna hitam polos. Bagian celana meukasah terlihat longgar karena masih erat dengan budaya Islam. Lalu, dari pinggang sampai lutut ditutupi oleh sarung khas Aceh. Lalu, pada bagian pinggang diselipkan senjata tradisional Aceh. Senjata itu bernama rencong yang terbuat dari gading, besi, kayu, dan perak. Rencong pada pakaian adat melambangkan keberanian dan kebesaran dari seorang pria. 6. Cekak Musang * sumber Cekak Musang adalah pakaian adat yang digunakan oleh wanita Aceh. Bentuknya seperti celana yang panjangnya sampai di atas maka kaki. Cekak musang hampir sama dengan celana sileweu yang dipakai oleh pria. Bedanya warna cekak musang bervariasi mengikuti warna baju yang dipakai. Terdapat hiasan sulaman benang emas pada bagian pergelangan kaki. Pemakaian cekak musang harus didampingi sarung songket. Proses pembuatan songket dengan cara ditenun dari bahan sutera. Yang membedakannya dengan pakaian laki-laki, yaitu sarungnya lebih panjang sampai bawah lutut. 7. Patam Dhoe * sumber Patam Dhoe merupakan perhiasan adat yang sering digunakan oleh wanita. Penggunaan perhiasan pada wanita memang lebih banyak dibandingkan laki-laki. Patam dhoe sendiri terbagi dua, yaitu penutup kepala dan aksesori. Bentuk patam dhoe menyerupai lilitan bunga di mahkota wanita. Bunga tersebut tersusun dengan rapi yang menunjukan kesan elegan. Patam dhoe memang diperuntukan untuk hiasan kepala wanita berhijab. Hal tersebut tidak mengherankan mengingat masyarakat Aceh mayoritas beragama Islam. Aksesori yang digunakan beraneka ragam, seperti hiasan tangan, anting, gelang, bros, dan kalung perhiasan. Dari ujung kepala hingga ujung kaki wanita dipenuhi dengan aksesori perhiasan. Tentu ada makna mendalam mengenai warna emas, yaitu kejayaan dan kesultanan. Bagi masyarakat Aceh pakaian adat merupakan lambang kebesaran dan kebijaksanaan. Sebab itu, sampai saat ini penggunaan baju adat Aceh masih sangat populer sampai di kalangan anak muda. Semoga artikel ini dapat memberikan pengetahuanmu mengenai pakai adat Provinsi Aceh.